Saturday, July 9, 2011

Edisi cedok jerr: dah tek??

Hari-H. Pintu dialog sudah tertutup. Gerakan koalisi Bersih 2.0 akan mengobarkan demo akhbar (demo besar-besaran) di pusat kota Kuala Lumpur beberapa jam lagi. Polisi akan turun dengan kekuatan penuh dan tanpa kompromi. Opsi tembak di tempat bukan sesuatu yang tidak mungkin. Akankah Malaysia menjadi seperti Indonesia di tahun 1998?

Jawabannya: kecil kemungkinan.

Bagi pembaca yang ingin melihat Malaysia bergolak seperti Mesir, Tunisia, atau Indonesia ketika memasuki era reformasi bersiap-siaplah untuk kecewa. Malaysia tidak akan jatuh ke dalam kekacauan seperti itu. Perkiraan saya, setelah demo hari ini Malaysia akan aman-aman saja.

Apa pasalnya? Mengobarkan revolusi a la Mesir atau Indonesia tidak mudah. Ada dua syarat yang tidak bisa dipenuhi oleh Malaysia: kelompok miskin yang militan dan mahasiswa militan yang melek (celik) politik. Kenapa saya katakan dua kelompok ini merupakan syarat mutlak untuk sebuah revolusi fisik? Karena mereka merupakan golongan “tanpa komitmen”, artinya mati tertembak pun tidak apa-apa karena kalau hidup pun toh terjerat kemiskinan (untuk kaum miskin militan), atau tidak punya tanggungan keluarga (untuk golongan mahasiswa).

Mesir dan Indonesia jatuh dalam revolusi fisik karena memiliki kedua golongan itu. Malaysia tidak.

Tidak dipungkiri ada populasi orang miskin di Malaysia, tetapi jumlahnya tidak banyak. Menurut kriteria Human Development Index (HDI) yang merupakan parameter kesejahteraan manusia paling sahih, Malaysia bisa dikatakan negara yang sedang membangun, tetapi pada tingkat tertinggi (high human development), jauh di atas Indonesia yang tergolong medium human development. Jadi kelompok miskin militan bisa dikatakan tidak ada di Malaysia sehingga perubahan politik melalui revolusi fisik sangat susah terjadi.

Syarat kedua adalah mahasiswa yang melek politik. Keberadaan AUKU (Akta Universiti dan Kolej Universiti) 1971 dipandang sama seperti keberadaan NKK/BKK di Indonesia pada era 70-80′an yang dianggap mengebiri kesadaran politik mahasiswa. Mahasiswa di Malaysia dilarang aktif dalam kegiatan politik apapun. Selain itu, sebagian besar mahasiswa juga memiliki hutang kepada pemerintah dalam bentuk pinjaman kredit pendidikan yang harus dibayar setelah kuliah. Aktif dalam politik bisa beresiko dicabutnya pinjaman ini.

Ketiadaan dua faktor itu (kelompok miskin dan mahasiswa militan) menyebabkan perubahan politik di Malaysia hanya bisa dilakukan melalui pemilu, bukan lewat demonstrasi jalanan. Hal ini disadari oleh kubu oposisi Pakatan Rakyat sehingga mereka menuntut pemerintah untuk melakukan perombakan mekanisme pemilu (pilihanraya umum) agar lebih jujur dan adil. Tuntutan itu dituangkan dalam gerakan koalisi Bersih 2.0 yang akan melakukan demonstrasi besar di KL beberapa jam lagi.

Jadi sebenarnya Pemerintah Malaysia yang dikuasai kubu Barisan Nasional tidak perlu takut Malaysia hari ini akan jadi seperti Mesir. Modalnya untuk itu tidak ada. Malaysia akan aman-aman saja tanpa gejolak berarti. Tidak perlu melakukan tindakan over-reactive seperti penutupan jalan di mana-mana dan penangkapan ratusan aktivis. Hal itu sungguh tidak perlu karena “hantu” yang ditakutkan justru tidak ada.

Yang harus diwaspadai oleh pemerintah yang sekarang berkuasa adalah pemilu (pilihanraya umum) yang akan diadakan tidak lama lagi. Saya khawatir jika pemerintah tidak bisa menangani demo hari ini dengan cara simpatik, simpati rakyat akan berpindah ke pihak lawan. Jika pemerintah menganiaya demonstran, justru rakyat yang semula mendukung pemerintah akan berpaling. Presiden SBY adalah ahlinya teori ini: pura-puralah teraniaya, maka engkau akan meraih simpati massa. Belajarlah pada SBY bagaimana cara dia meraih simpati rakyat.

Tetapi jika nanti sampai ada tembakan peluru tajam yang membawa korban jiwa dari pihak demonstran, analisis saya tentu akan berantakan. Skenarionya akan chaos sekali dan saya hanya bisa mengatakan wallahu a’lam, hanya Tuhan yang mengetahui. Semoga pihak polisi dan demonstran bisa saling menahan diri.

Selamat berdemo untuk para demonstran dan selamat bertugas untuk bapak-bapak polisi. Tunaikan hak dan kewajiban Anda dengan baik hari ini. Semoga Tuhan menyertai Anda semua…

dicedok dari: http://politik.kompasiana.com/2011/07/09/malaysia-tidak-akan-seperti-indonesia-1998/

5 comments:

Ms Tikot said...

Pak Dukun.... lmaka nya juak ktk x nampak ;-)

uSu iJamm said...

Pantas lama nggak keliatan. Sudah jadi politikus ya..?

AmirFX said...

Salam Pak... Waduh2.. Gawat gini sih.. haha.. Reformasi!

farid-nggu-insurens-ne??-haaiiihhh said...

kmk rasa yang ditaja terpaksa molah gitok, mun sek penaja lelah jak naja ... well at least untuk sari tok, dan yang penting gambar ada di google search, yahoo images, and other forms of communication waima di ulu ne pun can be reached, heard and seen. mission completed.

yahhhhh.... ko tek kachakkk??? (sumber: kak lehot) hahaha

Khairul Onggon said...

Keluar2 dari pertapaan Gunung Santubung udah nyadi dukun Indon ya pak Dukun? hehehe.. Setujuin dgn artikel ini.. Org Malaysia hanya berani cakap aja, ngak berani berada di barisan hadapan.. waduhhh...